-->

Ini Kesalahan Tafsir Agama Islam

Ini Kesalahan Tafsir Agama Islam - Islam yang radikal katanya membela dengan segala cara apapun itu untuk memenangkan sebuah permasalahan namun jika di pertimbangkan mereka mengatasi masalah itu dengan cara yang tidak benar bahkan bisa dibilang berbeda dari ajarannya, PBNU sendiri mengatakan seperti yang ditulis disalah satu surat kabar. Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani mengatakan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan dalam menafsirkan ajaran agama yang terkandung dalam Al Quran dan Hadis. “Sebenarnya niat mereka baik, ingin mengamalkan Al Quran dan Al Hadis secara kaffah, namun mereka salah jalan,” kata Malik di Jakarta, Kamis (30/4). Akibatnya, mereka berperilaku seperti orang-orang “khawarij” (kelompok garis keras yang muncul di era kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib) yang mengafirkan orang-orang yang tidak segolongan. “Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang mereka kafirkan,” tutur Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu. Untuk menangkal merebaknya ideologi Islam garis keras, kata Malik, pemahaman ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang asli harus didakwahkan terus menerus di tengah-tengah masyarakat. “Karena Aswaja yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat,” tuturnya. Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani Pendapat senada dikemukakan Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU KH Muhammad Cholil Nafis. Ia menyebut gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam. “Mereka menganggap Daulah Islamiyah kalau diberi nama Islam. Padahal, Islam tidak menentukan model negara,” ucap Cholil yang juga Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Menurut dia, asal di dalam suatu negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama, maka bisa disebut sebagai negara Islam. “Al Quran mengatakan bahwa Islam adalah agama `wasathi` (moderat), yaitu menjadikan umat pilihan yang adil dan pertengahan dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri,” ujarnya. Menurut Cholil, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan toleran. Kalau ada gerakan Islam yang antikemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas bukan gerakan Islam. “Karena itu jangan sampai diikuti,” kata kiai muda lulusan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi dan University of Malaya, Malaysia itu.

Islam yang radikal katanya membela dengan segala cara apapun itu untuk memenangkan sebuah permasalahan namun jika di pertimbangkan mereka mengatasi masalah itu dengan cara yang tidak benar bahkan bisa dibilang berbeda dari ajarannya, PBNU sendiri mengatakan seperti yang ditulis disalah satu surat kabar.

Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani mengatakan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan dalam menafsirkan ajaran agama yang terkandung dalam Al Quran dan Hadis.

“Sebenarnya niat mereka baik, ingin mengamalkan Al Quran dan Al Hadis secara kaffah, namun mereka salah jalan,” kata Malik di Jakarta, Kamis (30/4).

Akibatnya, mereka berperilaku seperti orang-orang “khawarij” (kelompok garis keras yang muncul di era kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib) yang mengafirkan orang-orang yang tidak segolongan.

“Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang mereka kafirkan,” tutur Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.

Untuk menangkal merebaknya ideologi Islam garis keras, kata Malik, pemahaman ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang asli harus didakwahkan terus menerus di tengah-tengah masyarakat.

“Karena Aswaja yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat,” tuturnya.

Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani
Pendapat senada dikemukakan Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU KH Muhammad Cholil Nafis. Ia menyebut gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam.

“Mereka menganggap Daulah Islamiyah kalau diberi nama Islam. Padahal, Islam tidak menentukan model negara,” ucap Cholil yang juga Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.

Menurut dia, asal di dalam suatu negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama, maka bisa disebut sebagai negara Islam.

“Al Quran mengatakan bahwa Islam adalah agama `wasathi` (moderat), yaitu menjadikan umat pilihan yang adil dan pertengahan dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri,” ujarnya.

Menurut Cholil, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan toleran. Kalau ada gerakan Islam yang antikemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas bukan gerakan Islam.

“Karena itu jangan sampai diikuti,” kata kiai muda lulusan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi dan University of Malaya, Malaysia itu.

COMMENTS

Name

#lomba Agama Android Aneh Aplikasi Bahasa Bencana Berita Blogger buah Cinta Coding CSS Dekstop Desain Deskriminasi Doodle Dunia Ekonomi Elektronik Event Surabaya Fakta Film Fotografi Gaya Gaya Hidup Gereja Hacker Hukum Humor Indonesia Internasional Internet ISIS Islam Jasa Jejaring Sosial Kecelakaan Keluarga Kematian Kesaksian Kesehatan Komputer Komunis Konflik Kristiani Makalah Makanan Misteri Modus Motivasi Mujizat Negara Pelecehan Pembunuhan Pemerintah Pendidikan Pengemis Pengetahuan Pengorbanan Peninggalan Perang Php PKn Politik Sejarah Selebriti SEO Sesat Skandal Sosial Media Surabaya Teknologi Teroris Tips Toleransi Trafficking Unik Video
false
ltr
item
Insatunesia: Ini Kesalahan Tafsir Agama Islam
Ini Kesalahan Tafsir Agama Islam
Ini Kesalahan Tafsir Agama Islam - Islam yang radikal katanya membela dengan segala cara apapun itu untuk memenangkan sebuah permasalahan namun jika di pertimbangkan mereka mengatasi masalah itu dengan cara yang tidak benar bahkan bisa dibilang berbeda dari ajarannya, PBNU sendiri mengatakan seperti yang ditulis disalah satu surat kabar. Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani mengatakan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam adalah akibat kesalahan dalam menafsirkan ajaran agama yang terkandung dalam Al Quran dan Hadis. “Sebenarnya niat mereka baik, ingin mengamalkan Al Quran dan Al Hadis secara kaffah, namun mereka salah jalan,” kata Malik di Jakarta, Kamis (30/4). Akibatnya, mereka berperilaku seperti orang-orang “khawarij” (kelompok garis keras yang muncul di era kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib) yang mengafirkan orang-orang yang tidak segolongan. “Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang mereka kafirkan,” tutur Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu. Untuk menangkal merebaknya ideologi Islam garis keras, kata Malik, pemahaman ajaran Islam ala Ahlusunnah Wal Jamaah (Aswaja) yang asli harus didakwahkan terus menerus di tengah-tengah masyarakat. “Karena Aswaja yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat,” tuturnya. Katib Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Malik Madani Pendapat senada dikemukakan Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU KH Muhammad Cholil Nafis. Ia menyebut gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam. “Mereka menganggap Daulah Islamiyah kalau diberi nama Islam. Padahal, Islam tidak menentukan model negara,” ucap Cholil yang juga Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Menurut dia, asal di dalam suatu negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama, maka bisa disebut sebagai negara Islam. “Al Quran mengatakan bahwa Islam adalah agama `wasathi` (moderat), yaitu menjadikan umat pilihan yang adil dan pertengahan dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri,” ujarnya. Menurut Cholil, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan toleran. Kalau ada gerakan Islam yang antikemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas bukan gerakan Islam. “Karena itu jangan sampai diikuti,” kata kiai muda lulusan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Riyadh, Arab Saudi dan University of Malaya, Malaysia itu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIHG97Hpg1gOcWesCpVsGP7b2rW6shHiq2s4uCoYxu3petkOcZJHugEwApZCQmt2B8NwO-4JRImafQ8ymUY4x-santW5q0bHqBaLDiGO_EWuDwBPv5ctv7-Bpw4Z6M7y7_bGvRCnD9vnc/s1600/Ini+Kesalahan+Tafsir+Agama+Islam.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIHG97Hpg1gOcWesCpVsGP7b2rW6shHiq2s4uCoYxu3petkOcZJHugEwApZCQmt2B8NwO-4JRImafQ8ymUY4x-santW5q0bHqBaLDiGO_EWuDwBPv5ctv7-Bpw4Z6M7y7_bGvRCnD9vnc/s72-c/Ini+Kesalahan+Tafsir+Agama+Islam.jpg
Insatunesia
http://insatunesia.blogspot.com/2015/05/ini-kesalahan-tafsir-agama-islam.html
http://insatunesia.blogspot.com/
http://insatunesia.blogspot.com/
http://insatunesia.blogspot.com/2015/05/ini-kesalahan-tafsir-agama-islam.html
true
4922750901610850123
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS CONTENT IS PREMIUM Please share to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy