Masih Tiga Tahun Kalahkan Siswa SMP - Shania Diva ; Devy Sailina Bercerita: Sebagai orang tua Diva, saya merasa dia "berheda" sejak usia empat tahun. Pada usia itu, dia sudah bisa membaca tanpa ada yang mengajari. Sehari-hari Diva di rumah saja. Dia senang mengutak-atik laptop saya. Isinya macam-macam program. Salah satunya pan- duan membaca. Dia mendengarkan sendiri Iafal ba- caan sampai akhirnya bisa membaca sendiri. Saat usia tiga tahun dia pernah juara Il Iomba kom- puter. Bukan juaranya yang membuat saya terkejut. Tapi, pesaingnya rata-rata anak kelas VI SD, bahkan SMP. Saya semakin yakin bahwa anak saya memang punya kecerdasan di atas rata-rata. Saya tidak pernah memaksa Diva ikut les ini dan itu, Sejak kecil sampai sekarang, Diva mungkin hanya ikut les dua-tiga kali. Sekali pun dia takpernah ikut bimbel untuk persiapan unas. Tapi, sejak kecil, dia memang suka belajaL Cara belajarnya seperti anak kuliahan. Diva tidak akan tidur hingga pukul 0200 sampai 03.00 jika tugasnya belum selesai. Dia penasaran untuk me- nyelesaikan soal -soal yang dian4apnya sukar. Menurut saya, menghadapi anak gifted itu gampang- gampang susah. Emosinya sering tidak stabil. Beda dengan anak dengan IQ normal, emosinya cenderung flat. Kadang Diva tiba -tiba bete jika memsa upayanya tak sesuai harapan. Sebab, dia sering punya target tinggi. Ulangan salah sedikit saja, dia langsung kepikiran. Saya berkali-kali bilang ke Diva, saya tidakakan mem- permasalahkan nilai akademisnya. Yang penting dia sud ah berupaya. Sering ditanya para orang tua, anak saya belajar gimana. Les di mana? Saya bingung jawabnya. Saya tidak mau memforsir dia ikut les ini dan itu. Prinsip saya, dia harus enjoy melakukan apa pun sehingga hasilnya baik. Sebab, tiap anak itu berbeda. Masalah IQ tinggi, itu sudah anugerah. 'Iak berkorelasi langsung dengan makanan atau stimulasi. Bisa juga bawaan. IQ saya 140, tidak setinggi Diva. Tapi, soya per-nah baca-baca penelitian. Salah satunya Einstein. Bahwa anak-anak ber-IQ tinggi atau gifted itu, bawaannya sejak dal am kandungan susah. Makanya, ada sebutan bayi susah. Saya mengalaminya. Sejak saya mengandung, Diva rewel di dalam perut. Saya sampai bed rest sejak mengandung sampai me- lahirkan. Entah itu cocok dengan penelitian Einstein atau tidak. Begitulah yang terjadi pada saya. Sebagai orang tua, ada keinginan supaya dia kelak menjadi apa. Yang pentingcita-citanya sebagai dole ter bisa tercapai, selesai. BIASA TARGET: Shania Diva santai menikmati musik sambil membaca buku biologi. SHANIA DIVA : Anak Jenius Diva Bertutur: KATA orang, seiak kecil saya memang nggak bisa diam. Wak- tu usia dua tahun di Pro- bolinggo. Saat itu saya mulai ken al komputer. Suka mengutak- atiknya. Ketimbang aktivitas saya tidak telsalurkan, mama sempat ngelesin komputer Tapi, hanya sebentar. Waktu sudah um urtiga tahun, saya ikutan Iomba komputer. 'fidak disangka, bisa juara Il se- Yang juara pertama siswa SD. Peserta Iain bahkan ada yang SMP. Saya selalu mengatur jadwal sendiri, juga targetnya. Saat di SMPN I Surabaya, s aya masuk kelas akselerasi. Belajarnya ha- nya dua tahun. Satu semester hanya empat bulan. Karena itu, guru- guru menyarankan siswa aksel lebih baik tidakikut ekstrakurikuler. Tapi, saya tidak bisa selalu berkutat pada pelajaran. Coba- coba ikut cheerleader di sekolah. Lumayan, pernah juara Ill ke jurnas. Saya juga belajar main gitar dan piano. Mama yang mengajari main gitar. Untuk piano, saya belajar otodidak. Sempat pula ikut modeling. Saya tahu apa yang saya ing- inkan dalam hidup ini. Harus berhasil. Biarpun seorang pe- rempuan, kata mama, saya ha- rus punya bekal ilmu yang cukup. Cita-cita saya jadi dokter sejak kecil. Karena itu, saya terus m ern- persiapkan diri sebaik- baiknya. Nilai-nilai eksakta tak boleh di bawah 9. Wah, saya bisa bete kalau tidak sesuai target. Tapi, di samping memotivasi, mama sering mengajarkan kepada saya tentang kegagalan, bahwa hidup tidak selalu di atas, kadang juga di bawah. Akan ada sebuah masa yang mungkin saja saya bisa sakit. Atau karena suatu hal apa, yang saya targetkan tak sesuai harapan„ lika saya tak belajar tentang kegagalan, saya bisa setres. Untungnya selama ini saya belum pernah merasa gagal. Sebab, saya selalu merencanakan semua hal dengan baik. Tapi, kalau sedikit di bawah harapan , tentu petnah. Yang penting harus terus maju, pantang menyerah.
![]() |
Shania Diva santai menikmati musik sambil membaca buku biologi |
Diva Bertutur :